Zero TB Yogyakarta mengadakan pelatihan diagnosis dan tata laksana TBC pada anak dan dewasa bagi dokter di puskesmas yang ada di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Pelatihan ini terlaksana berkat kerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo, RSUP dr. Sardjito dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pelatihan dilaksanakan pada Jumat, 4 Februari 2022 secara daring.

Dalam sambutannya, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, dr. Lana Unwanah mengatakan bahwa selama pandemi COVID-19, terjadi penurunan penemuan kasus TBC. Karenanya perlu ada inovasi untuk meningkatkan angka penemuan kasus, seperti yang dilakukan oleh Zero TB Yogyakarta dengan kegiatan penemuan kasus TBC secara aktif. Ia berharap kegiatan tersebut dapat terus dilanjutkan.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Kulon Progo, dr. Rina Nuryati, MPH. Ia mengajak untuk meningkatkan kegiatan penemuan kasus untuk kemudian diobati karena TBC telah menjadi program prioritas nasional yang harus disukseskan bersama.

Tak kurang dari 150 peserta tercatat mengikuti pelatihan tersebut. Antusiasme peserta tersebut tentu hal yang sangat membahagiakan. Zero TB Yogyakarta mengadakan pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dokter puskesmas dalam mendiagnosis TBC dengan bantuan Rontgen dada. Direktur Zero TB Yogyakarta, dr. Rina Triasih M.Med (Paed), Ph.D, Sp.A(K) mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan pelatihan tersebut sebaik-baiknya. “Para dokter di lapangan itu nanti akan menemukan kasus yang ‘abu-abu’, jadi perlu belajar tentang clinical decision making,” jelasnya.

dr. Rina sendiri menjadi salah satu pembicara dalam pelatihan tersebut. Ia menyampaikan materi tentang gambaran penyakit TBC dan diagnosis TBC secara dini pada anak. Adapun pembicara lainnya adalah dr. Anita Ekowati, Sp.Rad (K), dr. Nur Rahmi Ananda, Sp.PD. K-PMK, FINASIM, dr. Tri Setiana Kusumadewi, Sp.PD. Sups. PMK (K), dan dr. Bintari Dwihardiani, MPH.

Meski digelar secara daring, namun pelatihan berjalan cukup interaktif terutama di sesi akhir saat pembicara mengajak peserta untuk berdiskusi dengan contoh kasus. Pembicara menampilkan contoh kasus disertai gambar Rontgen dada dan mengajak peserta untuk mendiagnosis kasus tersebut. Para peserta menuliskan jawabannya di kolom percakapan. Pantia juga menyiapkan pre-test dan post-test bagi seluruh peserta. Panitia berharap terdapat peningkatan nilai antara pre-test dan post-test setelah para peserta mengikuti pelatihan.

Rekaman pelatihan dapat disaksikan di sini.

Pin It on Pinterest

Share This