TEMPO.COYogyakarta – Kementerian Kesehatan memperluas cakupan pengecekan pasien tuberkolusis atau TBC melalui skrining x-ray ke sejumlah daerah. Upaya ini bertujuan mempercepat eliminasi penyakit mematikan itu.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, skrining x-ray mobile segera menjangkau seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi daerah pertama uji coba.

Dante menjelaskan, melalui skrining x-ray, masyarakat tidak perlu ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan atau identifikasi TBC. “Mereka hanya perlu masuk ke mobil skrining x-ray lalu difoto,” kata Dante di sela acara G20 bertajuk “Penanggulangan Tuberkolusis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan” di Hotel Hyatt Yogyakarta, Rabu, 30 Maret 2022.

Kementerian Kesehatan memilih penggunaan skrining x-ray mobile karena mampu mendeteksi tuberkulosis lebih dini. “Alat ini dapat mengetahui di mana ada infeksi TBC yang belum terdeteksi secara klinis,” ujarnya. Pemerintah mengadakan sebelas unit alat skrining x-ray dengan menggandeng penyedia jasa. Dinas kesehatan di setiap daerah menjadi pelaksana deteksi dini tersebut.

Kasus TBC yang terdeteksi melalui layanan kesehatan menurun, yakni 402.502 atau 49 persen kasus yang telah ditemukan. Di Yogyakarta, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Burnet Institute Australia dan Dinas Kesehatan menginisiasi proyek zero TB melalui skrining x-ray mobile untuk menemukan kasus TBC, pengobatan, dan memberi terapi kepada mereka yang berisiko dengan melibatkan berbagai pihak. “Yogyakarta jadi percontohan,” ujar Dante Saksono Harbuwono.

Proyek itu melibatkan partisipasi masyarakat supaya menyadari pentingnya skrining mobile x-ray. Skrining itu menyasar populasi umum yang terdapat kasus TBC, yakni orang-orang yang berkontak dengan penderita tuberkulosis. Petugas kesehatan datang ke tempat-tempat berkumpul, seperti pasar, pondok pesantren, dan lembaga pemasyarakatan.

Skrining mobile ini meningkatkan penemuan kasus TBC yang akan diperiksa dengan tes laboratorium sebelum dikonfirmasi sebagai tuberkulosis. Puskesmas mengambil peran penting dalam diagnosa dan pengobatan pasien TBC. Mereka juga memutuskan pengobatan dan pencegahan bagi yang beresiko.

Di komunitas, kader TBC berperan mendampingi pasien dan investigasi kontak sebagai tindak lanjut penemuan pasien tuberkulosis. Contoh skrining x-ray mobile berlangsung di kampung Bintaran, Kota Yogyakarta. “Jangan takut periksa kesehatan,” kata Ketua Kampung Bintaran, Andi Maulana.

Di Kota Yogyakarta, dari 23.329 yang diskrining, pertugas menemukan 286 kasus TBC. Di Kulon Progo, dari 24.713 yang diskrining, terdapat 191 kasus. Di daerah lain, deteksi dini TBC berlangsung di Bekasi, Bogor, dan Bandung.

Sejalan dengan Dante, para ahli tuberkolusis mendorong penggunaan teknologi digital untuk memperbaiki penanganan penyakit tersebut. Epidemiolog dan ahli TBC dari Departemen Kesehatan Global Universitas Washington, Amerika Serikat, Peter Small mengatakan, teknologi digital yang berkembang pesat bisa bermanfaat untuk mendiagnosis TBC sehingga orang mendapatkan informasi yang jelas dan terpercaya. Teknologi nirkabel itu bisa diterapkan untuk model perawatan dan penyembuhan pasien.

Dia mencontohkan India sebagai negara di peringkat pertama kasus tuberkulosis terbanyak. Di sana, pemerintah mengembangkan prosedur dan teknologi digital untuk menangani pasien TBC. “Harus berpacu dengan dengan waktu dan proses penyembuhan pasien,” kata dia.

Kunjungi website berita

Pin It on Pinterest

Share This